Written by Unknown on 9:54 PM

Wellcome to Lumajang”Regent

Written by Unknown on 1:20 PM

Pemilihan Bupati Lumajang Jawa Timur secara langsung, apapun cerita yang mengiringinya, telah melahirkan pemenang sejatinya yaitu rakyat. Ekspektasi rakyat yang dibangun diatas harapan, cita-cita, uneg-uneg dan segala tetek bengek mimpi dan celoteh mereka sedikit banyak terekonstruksi oleh janji - janji calon bupati. Walupun secara statistik yang bermakna kemudian terbukti janji selalu akan tinggal janji.

Secara statistik pula sering sangat terbukti pilihan rakyat, dan ini sah sesuai dogma demokrasi, banyak dipengaruhi ideologi partai pengusungnya. Dan celakanya ideologi (baca semangat primordialisme dan golongan) ini akan selalu terbawa ketika mereka berhasil memegang kekuasaan di pemerintahan. Sesuatu, yang menurut ajaran demokrasi, konsep keterwakilan dan golongan ini ketika sudah menjadi governance leader akan hilang pada sistem managerialnya. Dan segera diganti dengan kebesaran jiwa pemimpin, sebagai khalifah yang rahmatan lil’alamiin, ....

Sebetulnya logika dan ilmu managerial dalam managemen kepemimpinan di pemerintahan memang mensyaratkan pemilihan team work yang dapat bekerja sama. Namun celakanya konsep kerja sama ini parameterr dominannya adalah pilihan politik (dimana ideologi termasuk di dalamnya). Sementara parameter profesionalisme sering diabaikan. Dan ini sudah dimulai dari ranah partai politik. Mereka amat berat dan amat jarang mengapresiasi misalnya dengan memberikan pujian kepada golongan / partai lain. Seakan nama mereka akan hancur dengan pemberian pujian pada lawan bertanding mereke.Padahal di negara moyang demokrasi hal ini tidak terjadi. Konsep kepemimpinan yang rahmatan lil’alamin seperetti pad asaat Rosul memperlakukan lawan ( idelogi dan bahkan keyakinan) pada saat berhasil menaklukkan kota Makkah, tidak pernah dijadikan acuan para pemimpin kita.

Di Lumajang penyusunan kabinet pemerintahan bupati terpilih sebetulnya sejak awal telah manis terdengar dengan konsep Fit and proper test. Banyak yang sempat berharap banyak pada gebrakan ini. Namun ketika gerbong mutasi itu telah mulai menggelinding, dan berbagai fakta content mutasi terpapar di depan publik, konsep itu menjadi just consept. Banyak rasan-rasan yang muncul di masyarakat mengiringi gerakan relokasi, reposisi, dan rehabilitasi pada mutasi tersebut. Meminjam menu bar pada microsoft windows, mulai dari catatan dengan huruf bold, italic, maupun underline dengan rumor kencang tentang like and dislike, kabinet balas jasa, etc.

Kabinet balas jasa sebetulnya logis dan sah menurut juklak dan juknisnya agama demokrasi yang dengan mati-matian diperjuang para pendiri negeri ini. Demokrasi kita dapat melihat bagaimana nanti Barrack Hussein Obama menyusun birokrasinya, tentu dengan sedert rapat barisan demokrat (tentu hanya secuil Rebulikan yang nampak). Namun kasus diatas akan kurang bermakna (baca birokrat) di Indonesia, wa khususon di Kabupaten Lumajang. Karena dalil akli sejak diatas sana entah itu bernama undang-undang, PP, Permen, Perpres, Instrusi, dan sederet tetek bengek administrasi negara mengarah pada satu kesimpulan akan netralitas pegawai negeri sipil dalam pilkada di Indonesia.

Kemudian semua logika dan pandangan orang awam dapat melihat bahwa sederet orang dengan status diproyeksikan atau dipinggirkan dalam seremonial mutasi ini adalah sekelompok orang dengan berbagai aktifitas dan intensitasnya mempunyai keterkaitan erat dengan pilakada (tentunnya dengan tingkatan dan sebarannya). Hal ini menjadikan jargon netralitas sebatas isapan ibu jari bin jempol belaka. Karena logika netralitas mempunyai hepotesa ynag kurang lebih dapat didefinisikan bahwa jika si pecundang akan hengkang bukan lantas si pemenang akan bersenang-senang. Karena sudut akhir netralitas adalah profesionalitas dengan indikator pokok the right man on right place, atau efektifitas dan efisisiensi, atau peningkatan kinerja, atau ...

Namun diatas berbagai catatan diatas kita masih banyak kesempatan untuk melihat dan menilai kinerja birokrasi di Kab. Lumajang. Kita bisa berharap banyak bahwa dengan menempatkan loyalitas (tentu yang profesional), dapat menjadi entry poin yang dapat mendongkrak pencapaian visi dan misi yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ... amin

Selamat bekerja bagi teman-teman di berbagai hierarki kepangkatan yang keberadaan dan statusnya diligimitasi dengan seremonial yang bernama PELANTIKAN, dan selamat berjuang bagi para staf dan kepala staf yang keberadaannya sayup-sayup antara terlihat dan terdengar, untuk menunjukkan jati diri dan eksistensinya ... Bravo Lumajang ... I Lovin u ...

TLA

About Me

Sponsors